PENYUSUN: ABDUL AXIS RAMADHAN
XII UPW 1
Daftar isi
1. Tentang kota Balikpapan
2. Asal usul dan sejarah kota Balikpapan
3. Demografi
4. Suku Bangsa yang ada di Balikpapan
5. Universitas/Perguruan Tinggi
6. Rumah Ibadah
7. Geografi
8. Pembagian wilayah dan pemerintahan
9. Mata pencaharin Penduduk
10.Ekonomi dan penduduk
11.Transportasi
12.wisata
13.Galeri
Kota Balikpapan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
ensiklopedia bebas
Balikpapan
|
|
Lambang Balikpapan Motto: Kota Beriman Semboyan: Gawi Manuntung Waja Sampai Kaputing (bahasa Banjar: Apabila memulai suatu pekerjaan harus sampai selesai pelaksanaannya) Julukan: Kota Minyak |
|
Hari jadi
|
|
Dasar hukum
|
UU RI No. 27
Tahun 1959
|
Pemerintahan
|
|
Luas
|
503,3 km²
|
Populasi
|
|
- Total
|
639.031(31,12,2011)
|
- Kepadatan
|
1.270/km²
|
Demografi
|
|
WITA (UTC+8)
|
|
0542
|
|
Pembagian
administratif
|
|
5
|
|
27
|
|
- Situs
web
|
"Balikpapan" beralih ke halaman ini. Untuk
kegunaan lain dari Balikpapan, lihat Balikpapan (disambiguasi).
Balikpapan merupakan salah satu kota di Kalimantan Timur, Indonesia.
Balikpapan memiliki penduduk sekitar 639.031 jiwa, yang merupakan 17,9 %
dari keseluruhan penduduk Kalimantan Timur. Balikpapan merupakan kota dengan
biaya hidup termahal se-Indonesia.[4] Semboyan kota Balikpapan adalah "Gawi Manuntung Waja
Sampai Kaputing" (bahasa Banjar) yang artinya adalah apabila memulai suatu pekerjaan harus sampai selesai
pelaksanaannya. Logo dari kota yang sering dijuluki Kota Minyak (Banua Patra) atau Bumi Manuntung ini adalah Beruang madu, binatang khas kota Balikpapan yang sekarang sudah mulai
diambang kepunahan. Nama asli Balikpapan adalah Billipapan[5][6] atauBalikkappan[7](logat Banjar).
Asal-usul dan sejarah
Hikayat populer mengenai asal-usul nama Balikpapan
Ada beberapa hikayat populer yang menceritakan asal usul kota ini yang
berada di pesisir timur Kalimantan ini, yaitu: [8]
§ Adanya 10 keping papan yang kembali ke Jenebora dari 1.000 keping yang diminta oleh Sultan Kutai sebagai sumbangan bahan bangunan untuk pembangunan Istana
Baru Kutai Lama. Kesepuluh papan yang balik tersebut disebut oleh orang Kutai Balikpapan Tu. Sehingga wilayah sepanjang Teluk Balikpapan tersebut, tepatnya di Jenebora disebut Balikpapan.[9]
§ Suku Pasir Balik (Suku Asli Balikpapan) adalah keturunan kakek dan nenek
bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sehingga daerah sepanjang teluk Balikpapan
oleh keturunannya disebut Kuleng - Papan atau artinya Balikpapan (dalam bahasa
Paser, Kuleng artinya Balik).
§ Dalam legenda lain juga disebutkan asal usul Kota
Balikpapan, yaitu dari seorang putri yang dilepas oleh ayahnya seorang raja
yang tidak ingin putrinya tersebut jatuh ketangan musuh. Sang putri yang masih
balita diikat di atas beberapa keping papan dalam keadaan terbaring. Karena
terbawa arus dan diterpa gelombang, papan tersebut terbalik. Ketika papan
tersebut terdampar di tepi pantai ditemukan oleh seorang nelayan dan begitu
dibalik ternyata terdapat seorang putri yang masih dalam keadaan terikat. Konon
putri tersebut bernama Putri Petung yang berasal dari Kerajaan Pasir. Sehingga daerah tempat
ditemukannya putri tersebut dinamakan Balikpapan.
§ Hari jadi kota Balikpapan adalah tanggal 10 Februari 1897. Penetapan tanggal ini merupakan Seminar Sejarah Kota
Balikpapan pada tanggal 1 Desember 1984. Tanggal 10 Februari 1897 ini adalah tanggal pengeboran
pertama minyak di Balikpapan yang dilakukan oleh perusahaan Mathilda sebagai
realisasi dari pasal-pasal kerjasama antara J.H. Menten dengan Mr. Adams dari
Firma Samuel dan Co. [10]
Kutai
Daerah Balikpapan dan Balikpapan Seberang (Penajam) merupakan bagian dari wilayah negara dependen Kesultanan Kutai.[11][12][13] Tahun 1942 Penajam termasuk dalam wilayah Balikpapan.[14] Sejak sekitar tahun 1636, Kalimantan pada umumnya termasuk negeri Kutai, Paser dan Berau diklaim sebagai wilayah kedaulatan Kesultanan Banjarmasin.[15] Pada 13 Agustus 1787, Sunan Nata Alam telah menyerahkan kedaulatannya atas
sebagian besar Kalimantan kepada perusahaan VOC, yang kemudian diperbaharui
lagi pada tanggal 4 Mei 1826 di masa Sultan Adam. Sesudah itu Kalimantan pada umumnya menjadi wilayah
negara Hindia Belanda. Tahun 1844, negeri Kutai secara resmi menjadi wilayah protektorat
Hindia Belanda.[16] Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, Kutai
termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal
van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8[17] Tahun 1855, Kutai merupakan sebagian dari de zuid- en oosterafdeeling van Borneo.[18]
Hindia Belanda
Tentara Sekutu mendarat di Balikpapan, 1 Juli 1945.
Dengan ditemukannya sumber-sumber minyak di daerah Balikpapan dan daerah
sekitarnya (Samboja, Sanga-Sanga dan Muara Badak). Pemerintah Hindia Belanda akhirnya membeli wilayah ini dari
Sultan Kutai Kertanegara serta dibangun untuk mendukung usaha-usaha pertambangan khususnya
perminyakan dengan mendirikan kilang minyak, kantor operasi serta perumahan pegawai (sisa-sisa usaha
pembangunan Hindia Belanda dapat dilihat dari pemukiman para Staf Pertamina). Aktivitas perminyakan ini juga membantu perpindahan
penduduk terutama para pekerja dari Jawa, serta dari berbagai daerah. Saat itu
perusahaan minyak yang dikenal adalah BPM, Shell danKPM. Wilayah Balikpapan pada tahun 1930 itu meliputi
Balikpapan Seberang (Penajam).[19]
Jepang
Pada masa Perang Dunia II, Jepang mengincar wilayah ini sebagai batu loncatan mengadakan
serangan ke Jawa. Pada tanggal 23 Januari 1942, armada Jepang dibawah pimpinan Shizuo Sakaguchi merebut Balikpapan dari tangan pasukan Sekutu dan Hindia Belanda.[20][21] Wilayah Balikpapan saat itu meliputi Balikpapan Seberang
(Penajam).[22] Nilai strategis kota Balikpapan juga diperhitungkan
tentara Sekutu, pada tahun 1945 tentara sekutu dibawah komando Australia merebut kota ini dari tangan Jepang pada pertempuran 26 Juni-15 Juli 1945 dalam usaha merebut kembali wilayah yang jatuh ke tangan
Jepang. [23][24][25][26]
Indonesia
Berita tentang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia agak terlambat sampai di kota ini, sekitar 1945-1946 melalui pekerja BPM yang datang dari
Jawa dalam rangka rehabilitasi kilang minyak yang hancur akibat perang yang
dilanjutkan dengan pernyataan rakyat diLapangan FONI. Namun karena Belanda berniat menguasai kembali kota ini maka terjadi
peperangan yang berlanjut sampai pada pertempuran Sangatta. Pada masa pengakuan
kedaulatan tahun 1949, wilayah ini diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat yang berlanjut kepada Republik Indonesia.
Demografi
Tata pemukiman di Balikpapan.
Perkembangan populasi penduduk Balikpapan.
No.
|
Tahun
|
Populasi
|
1
|
1920
|
|
2
|
1930
|
|
3
|
1990
|
|
4
|
2000
|
|
5
|
2005
|
|
6
|
2011
|
Suku bangsa yang ada
Ada 5 budaya dasar masyarakat asli di Kalimantan yang disebut Rumpun Kalimantan[32], 4 di antaranya terdapat di Kalimantan Timur, khususnya
kota Balikpapan yaitu: Banjar, Kutai, Dayak, Paser[33][34] yang biasa disingkat Komunitas BAKUDA atau BAKUDAPA jika dihitung mencapai 31,39% populasi
(sensus tahun 2000). Diantara keempat suku tersebut, suku Banjar merupakan yang
terbanyak.[35] Selain 4 suku di atas, banyak pula suku-suku dari pulau
Sulawesi, Jawa, Sumatera, dan pulau lainnya.[36] Suku-suku yang membentuk populasi Balikpapan yaitu:
Bahasa daerah
Bahasa daerah yang sering digunakan adalah :
Adat perkawinan
Penduduk kota Balikpapan masih sangat mencintai adat-istiadat dan aturan
pernikahan tradisional. Adapun tradisi pernikahan yang sering terjadi adalah
pernikahan dengan menggunakan adat:
Universitas/Perguruan Tinggi
Rumah ibadah
Rumah ibadah yang terdapat di Balikpapan antara lain :
§ Masjid Al-Amin, Sepinggan
§ Masjid Da'watul Falah, Sepinggan
§ Masjid Al-Falah, Batakan
Geografi
Kota Balikpapan memiliki wilayah 85% berbukit-bukit serta 12% berupa daerah
datar yang sempit yang terutama berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan sungai
kecil serta pesisir pantai. Dengan kondisi tanah yang bersifat asam (gambut)
serta dominan tanah merah yang kurang subur. Sebagaimana layaknya wilayah lain
di Indonesia, kota ini juga beriklim tropis. Kota ini berada di pesisir timur
Kalimantan yang langsung berbatasan degan Selat Makassar, memiliki teluk yang dapat dimanfaatkan sebagai
pelabuhan laut komersial dan pelabuhan minyak.
Batas wilayah
Letak astronomis Kota Balikpapan berada di antara 1,0 LS - 1,5 LS dan 116,5
BT - 117,5 dengan luas sekitar 50.330 ha atau sekitar 503,3 km² dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
Pembagian wilayah dan pemerintahan
Gerbang selamat datang di Balikpapan dari arah utara.
Kantor wali kota Balikpapan.
Gedung DPRD Kota Balikpapan.
Kecamatan
Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 38 Tahun
1996, maka sejak 24 Februari 1997 Kota Balikpapan resmi dimekarkan dari 3 (tiga) kecamatan,
yakni:
Menjadi 5 (lima) Kecamatan yaitu:
Kelurahan
Sehubungan dengan pemekaran wilayah kecamatan tersebut, maka melalui
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur No. 19 Tahun 1996,
maka sejak tanggal 15 Oktober 1996 ditetapkan 7 (tujuh) kelurahan persiapan
menjadi kelurahan definitif dan pada tanggal 17 Mei 1996 ditetapkan pula
melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Timur perubahan
status Desa Manggar Baru menjadi Kelurahan Manggar Baru secara definitif.
Dengan demikian maka pada saat ini wilayah Kota Balikpapan terdiri dari 27 (dua
puluh tujuh) kelurahan, yaitu:
1.
Manggar
2.
Manggar Baru
3.
Lamaru
4.
Teritip
5.
Prapatan
6.
Klandasan
Ulu
7.
Klandasan
Ilir
8.
Damai
9.
Gunung
Bahagia
10. Sepinggan
11. Gunung Sari Ilir
12. Gunung Sari Ulu
13. Mekar Sari
14. Karang Rejo
15. Sumber Rejo
16. Karang Jati
17. Gunung Samarinda
18. Muara Rapak
19. Batu Ampar
20. Karang Joang
21. Baru Ilir
22. Margo Mulyo
23. Marga Sari
24. Baru Tengah
25. Baru Ulu
26. Kariangau
27. Telaga Sari
Dari 27 kelurahan tersebut terdapat 369 RW dan 1.143 RT. Ini berarti bahwa
jumlah RW sebelum dan sesudah pemekaran tidak berubah, sedangkan RT mengalami
penambahan sebanyak 62 buah sehingga berubah dari jumlah 1.081 menjadi 1.143
RT.
Mendapatkan status kota
Tugu Adipura
Balikpapan adalah berstatus sebagai kota dengan wali kota sebagai kepala
daerah dan DPRD sebagai legislatif serta memiliki perlengkapan pemerintahan dan
aparatur pemerintah seperti Kepolisian, Kejaksaan Negeri, Rumah Tahanan dan
Lembaga Permasyarakatan serta Pengadilan Negeri. Selain itu Balikpapan menjadi
pusat pemerintahan untuk wilayah Kalimantan Timur danKalimantan. Tercatat di antaranya kantor POLDA (Kepolisian Daerah)
Kalimantan Timur dan Kejaksaan Tinggi berpusat disini. Serta markas besar
Angkatan Darat, yakni Komando Daerah Militer (KODAM) VI Mulawarman yang memiliki daerah operasi wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan
Selatan berpusat di kota ini. KODAM yang memiliki motto "Gawi Manuntung
Waja Sampai Kaputing" merupakan satu-satunya KODAM yang berpusat di kota,
bukan ibu kota provinsi.
Walikota
MATA PENCAHARIAN
PENDUDUK
Kepadatan
penduduk Balikpapan mencapai rata-rata 20,08 jiwa/km2. Penduduk yang bermukim
di wilayah ini terdiri dari penduduk asli (Kutai, Benuaq, Tunjung, Bahau,
Modang, Kenyah, Punan dan Kayan) dan penduduk pendatang seperti Jawa, Bugis,
Banjar, Madura, Buton, Timor dan lain-lain.
Pola
penyebaran penduduk sebagian besar mengikuti pola transportasi yang ada. Sungai
Mahakam merupakan jalur arteri bagi transportasi lokal. Keadaan ini menyebabkan
sebagian besar pemukiman penduduk terkonsentrasi di tepi Sungai Mahakam dan
cabang-cabangnya.
Daerah-daerah
yang agak jauh dari tepi sungai dimana belum terdapat prasarana jalan darat
relatif kurang terisi dengan pemukiman penduduk.
Sebagian
besar mata pencaharian penduduk kota Balikpapan yaitu di sektor pertanian
38,25%, industri/kerajinan 18,37%, perdagangan 10,59 % dan lain-lain 32,79%.
Ekonomi dan Penduduk
Bundaran Rapak yang menjadi titik 0 kilometer Kota
Balikpapan.
Perekonomian kota ini bertumpu pada sektor industri yang didominasi oleh
industri minyak dan gas, perdagangan dan jasa. Kota ini memiliki bandar udara berskala internasional, yakni Bandara Sepinggan serta Pelabuhan Semayang selain pelabuhan minyak yang dimiliki Pertamina.
Dengan semakin tumbuhnya perekonomian terutama sejak diberlakukannya
otonomi daerah, kota ini terus menerus dibanjiri oleh pendatang dari berbagai
daerah, sehingga pemerintah kota memberlakukan operasi kependudukan berupa
operasi Kartu Tanda Penduduk. Penduduk terutama dari etnis pendatang yang sudah lama menetap di
Balikpapan yakni berasal dari etnis Jawa Timur,Banjar, Bugis, Makassar kemudian pendatang lain yang di
antaranya beretnis Madura, Manado, Gorontalo, Jawa, Sunda dan lain-lain. Selain dibanjiri oleh
begitu banyak pendatang, banyak perusahan-perusahaan asing yang berinvestasi di
Balikpapan.
Transportasi
Darat
Armada transportasi darat yang ada di kota ini antara lain :
1.
Taksi tanpa
argo meter.
2.
Taksi dengan
argo meter.
3.
Angkutan
Kota (Angkot) dengan jalur atau trayek berdasarkan nomor.
4.
Ojek atau
sepeda motor.
Terminal yang ada di kota ini bernama Batu Ampar.
Laut
Untuk transportasi laut, di kota ini terdapat armada:
1.
Kapal Laut
2.
Speed Boat
3.
Ketinting
Udara
Kota Balikpapan memiliki sarana untuk transportasi udara, yaitu Bandara Sepinggan yang dapat didarati pesawat berbadan lebar seperti Boeing
747.
Nilai Budaya Kota
Balikpapan
Kota Balikpapan
berawal sejak ditemukannya sumur minyak oleh Matilda pada tanggal 10 Februari
1897. Sejak saat itulah Kota Balikpapan diminati oleh masyarakat luar karena
terkenal sebagai kota minyak. Berbagai suku di Indonesia khususnya Kalimantan
sendiri, Sulwesi dan Jawa datang untuk mencari nafkah di Balikpapan.
Perkembangan Kota
Balikpapan semakin pesat, masyarakat Kota Balikpapan secara langsung terjadi
akulturasi berbagai budaya, berbagai suku di Indonesia, ini bisa tercermin dari
bahasa pengantar yang digunakan warga Balikpapan adalah yaitu bahasa Indonesia
baik sekolah, rumah, tempat kerja dan lain-lain.
Pada kurun waktu
yang bersamaan keragaman etnis yang datang diikuti pula dengan berbagai adat
istiadat dan agama. Adat istiadat dari berbagai etnis sangat terbina dengan
baik, demikian pula penganut agama yang dipeluknya. Hal ini didukung oleh
adanya faktor akulturasi budaya, sehingga hubungan masyarakat terjalin harmonis
secara turun temurun. Yang menjadi khas Kota Balikpapan adalah tidak terdapat
dominasi salah satu suku, baik dari suku asli Kalimantan maupun suku pendatang,
sehingga perekat bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia.
Sebagai wujud
implementasi dalam rangka memelihara, menjaga dan meningkatkan integritas,
kondusif Kota Balikpapan, sesuai motto Balikpapan Kubangun, Kujaga dan Kubela.
Balikpapan sebagai
kota yang strategis dan kondusif, sangat didukung oleh masyaraat, terutama
dalam keramahan dan kebersamaaan warga kota dalam keragaman suku / etnis,
budaya, nilai kekerabatan antar suku sangat kental, sebagai modal utama
mengantarkan Balikpapan sebagai masyarakat yang madani, yang memiliki masyarakat
majemuk yang hidup rukun, harmonis, berperadaban modern, maju serta mamiliki
nilai-nilai moralitas spiritual, agama dan kepercayaan masing-masing.
Nilai guyub /
kebersamaan yang tinggi mampu mengikat rasa persaudaraan antar suku, menjadikan
pondasi terbangunnya kondisi terus terjaga, menjadikan Kota Balikpapan sebagai
Kota Bersih, Indah, Aman dan Nyaman.
Budaya bersih dan
wawasan lingkungan, juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan pada umumnya
telah menjadi ciri masyarakat Balikpapan, terakomodir secara profesional dalam
program Pemerintah Kota Balikpapan, yakni : CLEAN, GREEN and HEALTHY (Bersih,
Hijau dan Sehat)
Wisata
Pantai Manggar Segara Sari.
Kota Balikpapan memiliki daerah wisata yang cukup banyak dan beragam, di
antaranya adalah:
1.
Taman Agrowisata, diresmikan
tanggal 17 Desember 1997 oleh Bapak Tri Sutrisno, berlokasi di Jl. Soekarno
Hatta km 23, dengan luas 100 ha dan memiliki berbagai koleksi tanaman tropis
serta dilengkapi dengan tempat piknik terbuka, rumah panjang Dayak, tempat
berkemah dan pemandangan alami, dilengkapi play ground, shelter, tempat parkir, mushola dan play group, dapat dikunjungi dengan angkutan kota trayek nomor 8.
2.
Wana Wisata Km 10 adalah taman arboretum yang dibangun oleh PT. Inhutani I Unit Balikpapan, dengan
berbagai jenis pohon hutan dan buah-buahan langka, sebagai tempat berkemah dan
jogging yang sejuk dan alami, dilengkapi gedung pertemuan, pusat informasi, gazebo, play ground dan warung kaki lima, dapat ditempuh dengan angkutan kota
trayek nomor 8.
3.
Karang Joang Resort, Golf dan Country Club Balikpapan, yaitu padang Golf Kariangau terletak di Kelurahan
Karang Joang, tidak jauh dari sungai Wain, terdapat drive rain, hotel berbintang dengan teras dan pembakaran barbeque, club house dengan kolam renang dan activity room dengan karaoke, meja bilyard, bar dan ruangan dengan acara khusus serta
tersedia menu masakan Tionghoa, Eropa dan Indonesia, dapat dipesan pada Resort & Golf Karang Joang, Jl. Soekarno Hatta Km 5,5 Balikpapan.
4.
Jembatan Ulin Kariangau merupakan jembatan ulin terpanjang dengan panjang 800 m dan lebar 2 m,
terletak 11 km dari pusat kota Balikpapan, terdapat hutan bakau dengan
pemandangan lepas ke teluk Balikpapan dengan aktivitas nelayan dan kapal-kapal
yang melintas dari pelabuhan Somber menuju Pelabuhan Penajam.
5.
Pantai Manggar Segarasari merupakan tempat rekreasi pantai terletak 22 km dari pusat Kota Balikpapan
tepatnya di kecamatan Balikpapan Timur. Di sana terdapat shelter, banana boat, speed boat, ruang informasi dan warung kaki lima. Pantai ini dapat
dicapai dengan angkutan kota trayek nomor 7.
6.
Hutan Lindung Sungai Wain merupakan hutan lindung dengan luas 10.025 ha yang dilalui sungai Wain yang
panjangnya 18.300 m dengan airnya yang jernih dengan hutan bakau dan habitat
burung, ikan , kepiting dan orang hutan.
7.
Panorama Dermaga Penyeberangan Somber, dapat dicapai dengan trayek angkutan kota nomor 3.
8.
Penangkaran
Buaya
9.
Monumen
Jepang
10. Monumen Perjuangan Rakyat
11. Perkebunan Salak
12. Tugu Peringatan Divisi 7 Australia
13. Kilang Minyak Balikpapan
14. Monumen Mathilda
15. Taman Bekapai
16. Pantai Melawai
17. Pantai Polda
18. Pantai Strans (Pantai Banua Patra)
19. Goa Jepang
20. Meriam Peninggalan Jepang
21. Kampung Atas Air (Kampung Baru)
23. Lapangan Merdeka
Galeri
Air mancur di Taman Bekapai.
TMP Dharma Agung
Tugu Kilang Minyak di Karang Anyar.
Dome Balikpapan
Jalan Minyak
RS Pertamina
Kawasan Balikpapan Baru.
Lapangan Merdeka